Jumat, 02 Oktober 2020

KEBIASAAN MEMBACA PANDUAN



Pada umumnya kita pernah membeli apa itu sebuah alat, atau bahan makanan yang membutuhkan proses untuk memasaknya sebelum kita santap. Atau kita pernah membaca sebuah penawaran/ iklan atau informasi sebuah peluang. Biasanya disana akan dicantumkan informasi baik secara garis besar ataupun secara detail. Bagaimana cara memasang alat tersebut, memasak bahan yang baru kita beli atau bagaimana cara kita mendaftar sebuah peluang untuk mengikutinya.

Bagi sebagian penjual/ reseller/ advertiser pernah kan ? dihubungi calon prospek yang menanyakan misalkan, harga, spesifikasi, alamat lokasi dan lainnya. Padahal informasi itu sudah kita cantumkan. Ada rasa jengkel, mau nggak dijawab jangan-jangan prospek ini calon pembeli potensial. Dijawab padahal sudah ada keterangannya.

Dari pengalaman rekan-rekan yang sempat diceritakan, terlihat bahwa kesadaran untuk membaca, memahami dan bertanya pada porsi yang "pantas" itu sangat rendah. Oleh sebab itu jangan heran jika kebiasaan ini tidak dipupuk akan sangat beresiko saat kita membeli peralatan yang harus kita rangkai dengan panduan yang agak rumit. Jika salah merangkai karena "kemalasan membaca" akan berakibat fatal. Kerusakan karena salah merangkai (peralatan elektronik) akan berakibat alat (mungkin) tidak bisa digunakan.

Info panduan/ informasi terkait yang dijual/ ditawarkan biasanya ada dalam kemasan atau diluar kemasan. Penawaran iklan di Media Sosial, biasanya di link-an ke tautannya, sehingga kita tinggal nge-klik dan kita akan dibawa ke halaman baru yang memberikan penjelasan secara lengkap. 

Selain kebiasaan buruk/ kemalasan, ada kemungkinan ketidak pahaman. Ketidak pahaman, bahwa link yang tertera tersebut harus kita klik untuk masuk ke halaman lain. Kelihatannya hal ini sepele, bahkan saat membaca inipun ada yang berkomentar dalam hati: Apa perlu yang seperti ini diingatkan ?

Sebenarnya perlu - tidak perlu, tetapi kebiasaan ini jika dibiarkan akan membangun "citra diri" kita dianggap orang yang aneh (maaf...mungkin dinilai bodoh). Bahasa umumnya : Masa dia buta ? sudah jelas-jelas ditulis kok tanya ? 

Jika kita bersosialisasi dengan media sosial, tidak menutup kemungkinan kita akan dikomen dengan kata-kata yang tidak kita harapkan. Persoalannya sangat sepele, karena kita "malas" untuk membaca/ memahami dan mengajukan pertanyaan yang pantas. 

Dengan begitu, mari kita biasakan untuk rajin membaca terutama untuk hal-hal yang mungkin kita tertarik untuk menindaklanjutinya. Bertanya boleh, tapi bertanyalah dengan cara bijak. Kepandaian itu butuh waktu yang lama untuk membuktikan sesorang itu pandai pada bidang tertentu, tetapi etika/ cara yang sopan tidak butuh waktu yang lama untuk kita dapat Label orang yang tahu Etika atau Tidak.


Semoga bermanfaat......!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar